Rabu, 27 Desember 2017

Konduktor Isolator

konduktor
Konduktor atau penghantar adalah zat atau bahan yang bersifat dapat menghantarkan energy, baik energy listrik maupun energy kalor, baik berupa zat padat, cair atau gas. Bahan-bahan yang bersifat konduktor ini biasanya digunakan untuk membuat alat-alat yang sifatnya membutuhkan kecepatan transfer energy, misalnya panci, setrika, kabel dan solder.
Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak digunakan.
Penghantar listrik
Penghantar dalam teknik elektronika adalah zat yang dapat menghantarkan arus listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor. Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak digunakan.
Konduktor panas
Konduksi panas atau konduksi termal adalah penjalaran kalor tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat perantaranya. Penjalaran ini biasanya terjadi pada benda padat. Konduksi terjadi dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Benda suhunya tinggi akan melepaskan kalor, sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, hingga tercapai kesetimbangan termal.
Penjalaran panas ini diperikan oleh rumus matematika berikut:
T = C + (T0C)ekt
T adalah suhu, T0 suhu awal, t waktu, C dan k adalah konstanta.
 
 

Pengertian Dan Fungsi Induktor

Pengertian Induktor adalah komponen elektronika berupa kumparan yang terssusun dari lilitan kawat. Induktor merupakan salah satu diantara komponen pasif elektronika yang bisa menghasilkan medan magnet bila dialiri arus listrik dan sebaliknya jika diberi medan magnet bisa menghasilkan listrik. Induktor termasuk juga komponen yang dapat menyimpan muatan listrik. Bersama kapasitor induktor dapat berfungsi sebagai rangkaian resonator yang dapat beresonansi pada frekuensi tertentu. Satuan induktansinya dalam ilmu elektronika disebut henry ( h=henry, mh=mili henry, uh=mikro henry, nh=nano henry ) dengan notasi penulisan huruf l. Suatu induktor dikatakan ideal jika mempunyai induktansi, namun tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak memboroskan energi.
Berdasarkan kegunaannya Induktor dapat bekerja pada:
1. Frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator
2. Frekuensi menengah pada spul MF
3. Frekuensi rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo tenaga, spul relay dan spul penyaring
Induktor terbuat dari lilitan-lilitakawat n tembaga. Adapun jenis-jenis lilitan Induktor yaitu :
Lilitan ferit sarang madu
Lilitan sarang madu dililit dengan cara bersilanganuntuk mengurangi dampak kapasitansi terdistribusi. ini kerap dipakai pada rangkaian tala pada penerima radio didalam jangka gelombang menengah dan gelombang panjang. karena konstruksinya, induktansi tinggi bisa dicapai dengan bentuk yang kecil.
Lilitan inti toroid
Sebuah lilitan simpel yang dililit dengan bentuk silinder menciptakan medan magnet eksternal dengan kutub utara-selatan. Sebuah lilitan toroid bisa dibuat dari lilitan silinder dengan menghubungkannya menjadi berbentuk donat, sehingga menyatukan kutub utara dan selatan. Pada lilitan toroid, medan magnet ditahan pada lilitan. Ini mengakibatkan lebih sedikit radiasi magnetik dari lilitan, dan kekebalan dari medan magnet eksternal.
Adapun fungsi Induktor adalah sebagai berikut :
1. Tempat terjadinya gaya magnet
2. Pelipat ganda tegangan
3. Pembangkit getaran
4. Penyimpan arus listrik dalam bentuk medan magnet
5. Menahan arus bolak-balik/ac
6. Meneruskan/meloloskan arus searah/dc
7. Sebagai penapis (filter) Sebagai penalaan (tuning)
Banyak perangkat dan komponen elektronika yang dibuat dengan mengunakan kumparan induktor diantaranya adalah relay, speaker, trafo, buzzer , dan komponen lain yang terkait dengan penggunaan  frekuensi dan medan magnet.

PMRI



A. DASAR FILOSOFIS PMR.
Dalam filsafat pendidikan matematika, yaitu pemikiran reflektif tentang pendidikan matematika, perlu menyadari komponen-komponen yang ada dalam pendidikan matematika. Komponen-komponen itu adalah (1) materi matematika, (2) anak yang belajar, (3) sekolah & guru yang “mengajar” dan (4) realitas lingkungan yang ada. Komponen-komponen itu perlu saling terkait atau dikaitkan secara bermanfaat.
Khusus tentang materi matematika, orang selama ini, sadar atau tidak memandangnya sebagai “alat”, jadi dikatakan “mathematics as a tool”. Pandangan atau anggapan semacam itu sama sekali tidaklah salah dan sama sekali juga tidak harus dibuang. Hal yang perlu disadari adalah penempatannya. Kalau dalam pembelajaran seorang guru cenderung menganggap matematika sebagai alat, tidaklah mustahil anak akan lebih mengutamakan “pokok bisa pakai” atau “pokok bisa selesaikan soal” cukup menghafal. PMR tidak memandang matematika sedemikian itu, tetapi memandang matematika sebagai kegiatan manusia atau “mathematics as human activity”. Ini lebih sesuai dengan tumbuhnya atau munculnya matematika di berbagai bagian dunia. Sejarah matematika akan memperjelas hal itu. Karena adanya tantangan hiduplah manusia berupaya untuk mengatasinya. Pandangan itulah yang kemudian dinilai lebih tepat untuk melaksanakan pendidikan matematika, lebih-lebih diawal pendidikan matematika, yang objeknya abstrak itu. Sesuai dengan pandangan itu atau filsafat itu, maka dalam PMR diupayakan semaksimal mungkin anak aktif dan membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian dasar filosofis PMRI adalah bahwa Matematika adalah kegiatan manusia dan sekaligus sebagai alat. Ini berarti bahwa perlu menempatkan kedua pandangan itu pada tempat yang cocok/sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik.

B. DASAR TEORETIK atau Prinsip PMR.
1). Guided Re-invention atau menemukan kembali secara terbimbing.
Melalui penemuan kembali topik-topik tertentu yang telah ditentukan, siswa diberi kesempatan yang sama untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide matematika. Setiap siswa diberi kesempatan sama untuk merasakan situasi danmengalami masalah kontekstual yang mmiliki berbagai kemungkinan solusi. Bila diperlukan dapat diberikan bimbingan yang diperlukan. Jadi pembelajaran tidak diawali dari “sifat” atau “definisi” atau “teorema” atau “aturan” dan diikuti dengan “contoh=contoh” serta “penerapannya”, tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual atau real/nyata meski hanya dengan memba yangkannya, dan selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat menemukan kembali sifat,definisi dan lainnya itu. Hal terakhir menunjukkan kesesuiannya dengan paham konstruktivisme yang meyakini bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seseorang kepada orang lain tanpa aktivitas yang dilakukan sendiri oleh orang yang akan mengetahui pengetahuan tersebut.
2) Didactical Phenomenology atau fenomenologi didaktik.
Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Masalah kon tektual dipilih dengan mempertimbangkan aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan kecocokan dengan proses re-invention yang berarti bahwa aturan/cara, atau konsep atau sifat termasuk model matematika tidak disediakan atau diajarkan oleh guru tetapi siswa perlu berusaha sendiri untuk menemukan atau membangun sendiri dengan berpangkal dari masalah kontektual yang diberikan. Ini akan menimbulkan “learning trajectory” / lintasan belajar yang akan menuju tujuan yang ditetapkan.Tidak mustahil lintasan belajar itu untuk setiap siswa bisa berbeda meskipun akan mencapai tujuan yang sama. Ini berarti bahwa pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi akan berpusat pada siswa bahkan dapat juga disebut berpusat pada masalah kontekstual yang dihadapi. Masalah kontekstual dapat juga untuk memantapkan pemahaman sesuatu yang telah didapatnya.

C. DASAR APLIKATIF atau Karakteristik PMR
1) Menggunakan konteks.
Pembelajaran menggunakan masalah kontekstual. Kontekstual yang dimaksud adalah lingkungan siswa yang nyata baik aspek budaya maupun aspek geografis.. Didalam matematika hal itu tidak selalu diartikan “konkret” tetapi dapat juga yang telah dipahami siswa atau dapat dibayangkan. Masalah kontekstual biasanya dikemukakan di awal pembelajaran. Namun demikian masalah dapat saja disajikan di tengah atau di akhir pembelajaran suatu topik atau sub topik. Masalah kontekstual disajikan di awal pembelajaran, bila dimaksudkan untuk memungkinkan siswa membangun/menemukan sesuatu konsep, definisi, operasi ataupun sufat matematika serta cara pemecahan masalah itu.
2) Menggunakan model
Dalam pembelajaran matematika sering perlu melalui waktu yang panjang serta bergerak dari berbagai tingkat abstraksi. Dalam abstraksi itu perlu menggunakan model. Model itu dapat bermacam-macam, dapat konkret berupa benda, gambar, skema, yang kesemuanya itu dimaksudkan sebagai jembatan dari konkret ke abstrak atau dari abstrak ke abstrak yang lain. Dikenal model yang serupa atau mirip dengan masalah nyatanya, yang disebut “model of” dan dikenal juga model yang mengarahkan ke pemikiran abstrak atau formal, yang disebut “model for”.
3) Menggunakan kontribusi siswa.
Dalam pembelajaran perlu sekali memperhatikan sumbangan atau kontribusi siswa yang mungkin berupa ide, gagasan ataupun aneka jawab/cara. Konstribusi siswa itu dapat menyumbang kepada konstruksi atau produksi yang perlu dilakukan/dihasilkan sehubungan denagn pemecahan masalah kontekstual.
4) Interaktivitas.
Dalam pembelajaran jelas perlu sekali melaksanakan interaksi, baik antara siswa dan siswa ataupun bila perlu antara siswa dan guru yang bertindak sebagai fasilitator. Interaksi itu juga mungkin terjadi antara siswa dengan sarana atau antara siswa dengan matematika ataupun dengan lingkungan. Bentuk interaksi itu dapat juga macam-macam, misalnya diskusi, negosiasi, memberi penjelasan atau komunikasi.

D. Dampak (implikasi) PMR
1. Dampak pada kegiatan guru
Di atas telah disinggung bahwa dalam melaksanakan PMR guru perlu mengubah kebiasaannya mengajar, yang biasanya bersifat ”menggurui”. Kebiasaan itu perlu beralih kepada guru mempersiapkan pembelajarannya dengan menyiapkan atau membuat masalah kontekstual sesui dengan topik atau sub topik yang diharapkan untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Jadi guru menyiapkan diri umtuk memandu siswa, bila perlu, sehingga kegiatan beralih kepada siswa belajar mandiri
untuk memecahkan masalah kontekstual itu ataupun menemukan sesuatu. Guru harus lebih dahulu memilih mana dari pemgetahuan atau topik/sub topik yang diharapkan akan dibangun oleh anak atau siswa. Mungkin pengetahuan itu adalah konsep, operasi, sifat ataupun cara pemecahan masalah yang diharapkan akan dibangun anak atau siswa. Sudah barang tentu jangan sampai materi yang diharapkan dibangun oleh anak/siswa dimuat dalam buku siswa ataupun LKS yang terkait. Tetapi jelas harus dimuat dalam buku guru, mungkin sebagai salah satu alternatif jawaban yang diperkirakan akan dibangun oleh anak/siswa. Lain halnya untuk masalah kontekstual yang disajikan ditengah pembelajaran topik/sub topik yang dimaksud. Dalam hal ini masalah yang utama adalah pemantapan terhadap pengetahuan yang telah ditemukannya atau yang telah dibangunnya. Lain halnya dengan masalah kontekstual yang ditempatkan di bagian akhir pembelajaran suatu topik/sub topik. Dalam hal tersebut yang diutamakan adalah kemampuan anak/siswa mengaplikasikan atau menggunakan pengetahuan yang telah ditemukannya atau dibangunnya.
2. Dampak pada kegiatan siswa
Dari keterangan tentang dampak pada kegiatan guru, kiranya juga telah terlihat bahwa kegiatan siswa/anak juga berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini. Pertama sewaktu menerima masalah kontekstual dari guru, secara mandiri atau berkelompok para siswa mencoba menjawab atau memecahkan masalah itu dengan caranya sendiri. Disinilah kemungkinan ada beraneka macam model yang dibuat oleh masing-masing anak. Jadi divergensi jawaban anak atau divergensi cara menjawab masalah dapat muncul. Mungkin sekali semua itu benar, sehingga anak dibiasakan untuk menghargai pendapat sesama teman. Model yang masih mirip dengan benda atau masalah aslinya, disebut ”model of”. Jika siswa setelah mencoba tetap tidak menemukan jalan pemecahan masakah kontekdtual, maka siswa dapat bertanya seperlunya kepada guru atau teman dengan ijin dari guru. Hasil kerja siswa atau kelompok siswa kemudian ditampilkan kepada semua anggota kelas, untuk mendapat tanggapan atau kritik dari anggota kelas. Dengan demikian siswa sangat aktif memikirkan atau mengerjakan masalah kontekstual.

Bahan Ajar Fiqih Materi Bersuci

Bahan Ajar Fiqih Materi Bersuci Klik Disini

Bahan Ajar Aqidah Akhlak Tercela

Bahan Ajar Aqidah Akhlak Tercela Klik Disini

Bahan Ajar Ski materi Sunan Muria

Bahan Ajar Ski materi Sunan Muria Klil Disini

Bahan Ajar SKI Materi Ali bin Abi Thalib

 Bahan Ajar SKI Materi Ali bin Abi ThalibKlik Disini

Evaluasi Qur'an Hadits



Nama                           : Ahmad Rizal Fannani
Nim                             : D07215002
Maeteri                        : Hadits Amal Shaleh
Kelas / Semester         : VI / Genap

PENILAIAN

Aspek yang dinilai
Jenis Penilaian
Bentuk Instrumen
Kognitif
Tes Tulis
Soal 
Afektif
Pengamatan siswa di kelas
Rubrik Sikap
Psikomotorik
Hasil kerja siswa
Rubrik penilaian unjuk kerja

No
Kompetensi Dasar
Indikator
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen Penilaian
1
1. 1 Meyakini bahwa setiap manusia pasti mati dan menerima balasan amal perbuatanya
1.1.1    Siswa meyakini adanya kematian dan hari pembalasan dengan selalu mendoakan kedua orang tuanya sebagai implementasi Hadits tentang amal shaleh
Non Tes
Observasi
Rubrik Penialaian Diri sendiri
2
2.2 Memiliki perilaku suka beramal shaleh
2.2.1    Siswa terbiasa memberikan infaq seikhlasnya kesekolah sebagai penerapan beramal shaleh
Non Tes
Observasi
Rubrik Penilaian Observasi
3
3.2 Mengetahui lafadl dan arti hadits tentang amal shaleh

3.3 Memahami isi kandungan hadits tentang amal shaleh
3.2.1    Siswa dapat mengetahui hadits tentang amal shaleh beserta artinya
 3.3.2   Siswa dapa memahami isi kandungan dari hadits tentang amal shaleh
Tes



Tes

Tes Tulis Uraian


Tes Tulis

Butir Soal Uraian


Butir Soal uraian


4
4.4 Menghafalkan hadits tentang amal shaleh
4.4.1 Siswa dapat menghafal hadits tentang amal shaleh beserta artinya.
4.4.2  Siswa dapat menuliskan hadits tentang amal shaleh beserta artinya dengan benar.
Non Tes



Non Tes
Performance



Produk
Rubrik Penilaian Performance

Rubrik Penilaian Produk

Jenis Penilaian  :
1.      Penilaian Sikap Spiritual (penilaian diri sendiri)
Aspek
Kompetensi
Indikator
Ketaatan beribadah
Menghargai perbedaan dalam beribadah.
·         Tidak menggangu teman yang sedang beribadah.
·         Menghormati hari besar keagamaan
Berperilaku syukur
Menerima perbedaan karakteristik sebagai anugrah Tuhan.
·         Tidak berkecil hati dengan segala keadaan yang dihadapi.
Berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan
Menjalankan perintah Tuhan selalu berdo’a untuk orang tuanya .
·         Menunjukkan selalu berdo’a untuk orang tuanya sesudah sholat.
·         Mengingatkan dan mengajak teman untuk selalu berdo’a untuk orang tuanya.

Contoh Lembar Penilaian Diri Sendiri
Nama              :
Kelas               :
Semester         :

Beri tanda centang () sesuai dengan keadaan kalian sehari-hari !
No.
Pernyataan
Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1.
Saya selalu berdoa untuk orang tua sesudah sholat



2.
Saya selalu berdoa setiap melakukan aktivitas



3.
Saya mengajak teman saya berdo’a demi kebaikan orang tua kita.



4.
Saya mengucapkan rasa syukur atas segala karunia yang diberikan Allah SWT.



5.
Saya tidak pernah mengganggu teman yang lagi sholat dan berdo’a.



*) KETERANGAN
·         Kriteria selalu 80 – 100
·         Kriteria kadang-kadang 60 – 79
·         Kriteria tidak pernah 50 – 69





2.      Penilaian Sikap Sosial (observasi / pengamatan)
Nilai Sikap yang dikembangkan
Definisi
Indikator
Shodaqoh / Infaq kesekolah
Memberikan sumbangan kesekolah satu minggu sekali sebagai latihan beramal shaleh.
·         Senantiasa memberikan sumbangan seikhlasnya kesekolah satu minggu sekali
Percaya Diri
Yakin terhadap kemampuan diri sendiri.
·         Berani bertanya hal yang belum dimengerti dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
·         Menunjukkan bakat dan rasa ingin tahunya terhadap suatu materi pelajaran meskipun belum dikuasainya.
Tanggung Jawab
Kesadaran akan tingkah laku atau perbuatan baik disengaja atau tidak.
·         Meminta maaf ketika melakukan kesalahan baik terhadap teman atau gurunya.
·         Berani bertanggung jawab ketika melakukan kesalahan.



Contoh Lembar pengamatan (observasi) yang di gunakan

Minggu ke : ..................   Bulan : ......................  20.... 


NO


Nama Siswa
Perubahan Tingkahlaku
Cermat
Percaya Diri
Bertanggungjawab
BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Ahmad Jifri












2
Candra Choiriyah












3
Hendra Musthofa












4
Muhammad Jefri












5
Tara Fatimah





























*) Guru memberikan tanda centang (√) pada kolom yang sudah tersedia sesuai dengan sikap yang muncul pada siswa.
Keterangan      :
BT:     Belum terlihat
     Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda perilaku yang diinginkan dalam indikator.
MT:    Mulai terlihat
     Apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adnya tanda-tanda yang diinginkan dalam indikator tetapi belum konsisten.
MB:    Mulai berkembang
     Apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang diinginkan indakor dan mulai konsisten.
SM:     Sudah membudaya
     Apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang diinginkan indikator secara konsisten.
Rumus perhitungan sebagai berikut:
Jumlah skor akhir yang diperoleh          x 100
               Skor ideal
3.      Penilaian Pengetahuan
No.
Indikator Kompetensi
Indikator Butir Soal
Jenis Soal
No. Butir Soal
1.
Menjelaskan.
Menjelaskan pengertian beramal shaleh
 Uraian
-          1
2.
Menyebutkan

Menyebutkan apa saja amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya
Uraian
-          2
3.
Menalar
Mencari contoh-contoh penerapan amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya
Uraian
-          3
4.
Menjelaskan
Menjelskan alasan nabi menyuruh melakukan 3 amal yang tidak dapat putus pahalanya.
Uraian
-          4
5
Menyebutkan
Menyebutkan apa yang didapatkan setelah melakukan amal shaleh.
Uraian
-          5
*) Skor setiap butir soal 20 ( 5 soal x 20 = 100).

4.      Penilaian Keterampilan (penilaian unjuk kerja)
No
Kriteria
Baik Sekali
Baik
Cukup
Perlu Bimbingan
4
3
2
1
1
Menghafal
Siswa mampu menghafal hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.
Siswa mampu menghafal sebagian besar hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.
Siswa mampu menghafal hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.
Siswa belum mampu menghafal hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.
2
Menulis
Mampu menuliskan semua hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.
Mampu menuliskan setengah atau lebih hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.
Mampu menuliskan kurang dari setengah hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.
Belum mampu menuliskan hadits 3 amal shaleh yang tidak dapat putus pahalanya.





Contoh Rubrik yang digunakan
No
Nama
Nilai
Catatan Guru
Menghafal
Menulis
1
Ahmad Jifri



2
Candra Choiriyah



3
Hendra Musthofa



4
Muhammad Jefri



Rumus perhitungan sebagai berikut:
Jumlah skor akhir yang diperoleh          x 100
               Skor ideal
Keterangan :
·         Jumlah skor yang diperoleh siswa adalah skor yang diperoleh dari kriteria 1 dan 2.
·         Skor ideal adalah perkalian dari banyaknya kriteria dengan skor tertinggi.
Pada contoh ini, skor ideal = 2x4=8.


Mengetahui
Kepala MIS Nurul Iman


Sulthon Mas’ud. M.Pdi
NIP. 19976007 200103 2 007
       Surabaya, 14 Mei 2017


Guru Kelas


Ahmad Rizal Fannani
NIM. D07215002

Konduktor Isolator

konduktor Konduktor atau penghantar adalah zat atau bahan yang bersifat dapat menghantarkan energy, baik energy listrik maupun energy...